Rabu, 16 Maret 2016

Hilangnya Beberapa Kota Misterius

POMPPEI



Perjalanan panjang peradaban dunia memuat jutaan kisah tentang pelajaran hidup. Ada kisah yang penuh suka, ada pula yang berbalut duka. Satu kisah miris tentang sebuah Kota yang seketika hancur dalam satu malam karena amukan bencana ternyata bukan menjadi cerita dongeng semata.
Kisah yang melegenda itu berasal dari negeri Italia. Hilang dan terkuburnya Kota Pompeii adalah cerita yang patut direnungkan. Bukti sejarah terkuburnya Pompeii nyata adalah bukti kota yang seketika diazab oleh Sang pemilik kehidupan, kota yang hancur dan tenggelam hanya dalam hitungan malam.



Kala itu, matahari yang makin meninggi bukan menjadi awalan hari bagi ribuan penduduk Kota Pompeii. Kota yang megah di kaki Gunung Api Vesuvius itu belum sepenuhnya terbangun, mereka masih terlelap seelah menghabiskan malam dengan pesta pora, perayaan, dan ingar bingar tanpa henti.

 Pada masanya, layaknya Kota Las Vegas di masa kini. Kehidupan gemerlap malam, kegilaan duniawi, arak, alkohol, seks, dan semua jenis candu luluh dalam deru nafas dan aliran darah penduduk Kota Vesuvius. Setiap malamnya mereka berpesta, kekayaan dan kemegahan Kota Pompeii melelapkan mereka dari segala kewajiban pekerjaan dan mencari nafkah.


Namun, di siang itu, kalender Masehi mencatatkan tanggal 24 Agustus tahun 79 Masehi. Sejarah Kota Pompeii yang melegenda karena gemerlap malamnya nampak masih tertidur dalam kelelahan usai pesta. Dalam sekejap, bumi bergetar hebat, guncangan menghentak semua penduduk dan membangunkan mereka yang masih termabuk oleh kerasnya alkohol. Semua yang diam seketika berguncang.

Tak sampai semenit, guncangan berubah menjadi gemuruh dahsyat dari puncak Gunung Vesuvius. Gunung api itu ternyata sedang terbangun. Dapur magmanya yang besar sedang mendidih, bersiap memuntahkan isinya melalui celah sempit kawahnya. Sementara itu, di Kota Pompeii seluruh bangunan yang rapuh, berikut patung-patung besar berpose mesum, rumah bordil semi permanen, arena gladiator yang dipakai berjudi, serta gedung teater rubuh seketika.



Kota maksiat itu pun terkubur total. Sejarah mencatat ada 20.000 jiwa warga yang terjebak dalam bencana dahsyat Vesuvius. Lahar panas yang mengalir deras menghanguskan seluruh Kota Pompeii hanya dalam satu hari. Mengenggelamkan kota itu hingga sedalam tiga meter. Sejak bencana itu, Kota Pompeii pun hilang dalam peradaban Kekaisaran Romawi. Pompeii pun dilupakan sejarah, hingga akhirnya ditemukan pada tahun 1748.





Tugu Legetang - Menghilang dari Peta


Apakah ada yang tau cerita tentang dukuh Legetang? Banyak kok ceritanya bertebaran di inet. Dukuh Legetang terletak di desa Pekasiran, kecamatan Batur, kabupaten Banjarnegara, masih berada di wilayah pegunungan Dieng – Petarangan. Secara astronomis terletak pada 7.19416667S, 109.8652778E. Legetang merupakan tragedi terbesar yang melanda daerah Dieng melebihi peristiwa gas beracun kawah Sinila yang lebih tersohor daripada peristiwa Legetang. Inti ceritanya adalah mengenai dukuh yang diazab dengan longsoran dari gunung dengan suatu keanehan di mana keadaan longsoran yang tidak masuk akal.


Get There
Jarak dari kompleks wisata Dieng (Arjuna, Sikidang, Warna) menuju tugu Legetang tidak begitu jauh, cuma beberapa kilo. Jalannya pun masih sejalur dengan jalur menuju Kawah Sileri, Kawah Candradimuka, dan Sumur Jalatunda. Kalau pernah ke Dieng tapi gak sampai tiga tempat tersebut begini petunjuknya, dari Dieng (gampangnya gapura perbatasan Wonosobo - Banjarnegara) menuju ke arah Banjarnegara, Batur, Wanayasa, dll. Sedikit kilo kemudian bakalan nemu pertigaan berbentuk Y, ambil jalur yang menurun, yang kanan, kalau kiri bisa juga tapi mutar jauh (ke kiri jalur ke telaga Merdada), nanti bakalan lewatin telaga Sewiwi, pertigaan arah Kawah Sileri, lalu perkampungan desa Kepakisan.


Setelah dari perkampungan, nanti di sebelah kanan bakal terlihat sungai, nah kalau sungai dah mulai terlihat coba lihat agak ke kanan atas ke arah gundukan bukit (bukan bukit yang jauh tapi yang dekat, dan jangan keterusan, lihat jalan juga :p), kalau cerah tugunya bakal kelihatan. Habis itu bakal lewatin jembatan sungai yang tadi, habis jembatan perhatikan ada jalan yang menuju ke atas di sebelah kanan, ambil jalan itu naik terus sampai lihat tugunya di sebelah kanan, tinggal parkir dan sedikit jalan. Oh iya sebenarnya jalan makadamnya cukup buat mobil (1 buah, kalau ketemuan berabe), tapi pas saya ke sana ada palang di jalur masuknya yang digembok, ya mungkin buat mobil cuma sampai bawah. Buat kendaraan umum gak ada ya yang lewat daerah situ, soalnya lewat jalur satunya.
Tugu Legetang berlatar gunung Pengamunamun



Ada Apa Sih Di Sana?
Di sana cuma ada tugu tua di tengah-tengah ladang, gak ada yang lainnya, cuma bisa lihat pemandangan :p. Lumayan sih bisa lihat pemandangan gunung Nagasari (kalau cerah), atau gunung Pengamunamun dan gunung Jimat, atau celahnya yang misterius :p. Oh iya sebenarnya di tugu ini terdapat tulisan (kayaknya sih, lihat di foto kaya gitu), tapi pas saya ke sana sudah gak ada. Begini isinya:


“Tugu peringatan atas tewasnja 332 orang penduduk dukuh Legetang serta 19 orang tamu dari lain-lain desa sebagai akibat longsornja gunung Pengamun-Amun pada tg.16/17-4-1955”


Sebenarnya ada yang berbeda antara tulisan di tugu ini dengan monumen yang ada di pertigaan ke kawah Sileri, pada monumen tersebut jumlah korban meninggal 450 orang, beda sekitar 100 orang dengan yang ada di tugu, yang benar entahlah. Katanya sih warga dukuh yang selamat cuma 1 orang karena lagi gak di rumah, dan sekarang dah meninggal.


Walaupun di bawahnya tekubur satu dusun dengan segala isinya termasuk penduduknya, namun saat ini bagian atas sudah berubah jadi ladang.
Puncak Pengamunamun yang ikut longsor (katanya)


Mungkin ada yang berpikir kalau cerita tersebut gak benar-benar terjadi atau mungkin dilebih-lebihkan dengan bumbu-bumbu yang bikin ngeri, kalau begitu baca sedikit uraian investigasi saya :p. Sebagai info, saya cuma mbandingin dengan peta tahun 1922 dan 1943 dengan keadaan saat ini dan peta dari BNPB yang berdasar dari peta RBI.




Peta 1922

Pertama, dukuh Legetang benar-benar ada di tempat di sekitar tugu tersebut. Di peta baik tahun 1922 dan 1943 terdapat daerah Legetang di lokasi yang ada di dekat tugu tersebut (agak ke utara).


Kedua, terdapat sungai antara gunung Pengamunamun dengan dukuh Legetang sebelum terjadi longsoran yang terlihat pada peta. Perlu diingat, dalam keanehan yang ada adalah sungai tersebut tidak terkena dampak longsoran (logikanya sungai juga terkena longsoran kan) dan pas saya lihat saat ini memang ada sungai kok di sana, tapi emang gak besar, kalau gak percaya lihat aja di google earth :p. Saya bandingin dengan peta dari BNPB bentuk aliran sungai juga mirip.
Peta BNPB

Ketiga, tinggi gunung Pengamunamun pada peta 1922 dan 1943 adalah 2173 mdpl, sedangkan peta BNPB adalah 2175.71 mdpl. Jika melihat hasil ini dengan mempertimbangkan kesalahan pengukuran dan perbedaan peralatan karena zaman, maka dapat disimpulkan bahwa tinggi gunung Pengamunamun tidak terdapat banyak perubahan. Disebutkan bahwa di dekat tugu terdapat puncak gunung Pengamunamun yang ikut terbawa longsoran tetapi jika dilihat dari perbandingan tersebut, gundukan tersebut bukanlah puncak (tertinggi) gunung. Hal ini dapat membuat dua hipotesis baru, yang longsor bukan gunung Pengamunamun atau longsoran cuma dibagian lereng hingga tempat yang terlihat seperti puncak dari bawah walau bukan puncak tertinggi.


Keempat, bentuk kontur. Sayangnya saya sulit buat mbandingin kontur peta lama dengan peta BNPB. Yang terlihat beda paling bentuk lekukan konturnya, peta dulu cukup detil meliuk-liuk khas gunung sedangkan peta BNPB tidak terlalu meliuk-liuk, cuma pas lihat dari google earth terdapat semacam cerukan di gunung pengamunamun yang tidak melambangkan kontur dari peta. Tapi mengingat daerah Dieng merupakan daerah dengan tingkat erosi tinggi jadinya entah itu cerukan kapan terjadi.
Foto Udara Google Earth

Yang pasti Legetang telah menghilang dari peta. Intinya jangan terlalu mempercayai apa yang saya utarakan karena saya juga belum lahir di zaman itu. Oh iya di dekat Legetang terdapat gua Djimat yang terkenal mematikan, tapi sebelah mana saya kurang tau, dan sering juga disebut lembah kematian yang sampai bisa mengawetkan mayat selama 2 tahun. Dan investigasi berakhir menggantung.....

Sumber :

http://sumsel.tribunnews.com/2015/07/06/kisah-hancurnya-kota-sodom-dan-gomorrah-yang-legalkan-penyimpangan-seksual?page=2
http://adventrave.blogspot.co.id/2013/07/tugu-legetang-menghilang-dari-peta.html
http://blog.act.id/kisah-kota-pompeii-kota-maksiat-yang-terkubur-bencana/

Kepulauan Riau

Riau


Riau (Jawi :رياو) adalah sebuah provinsi di indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang dan Rengat.

Riau saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam, karet, kelapa sawit dan perkebunan serat. Tetapi, penebangan hutan yang merajalela telah mengurangi luas hutan secara signifikan, dari 78% pada 1982 menjadi hanya 33% pada 2005.[4] Rata-rata 160,000 hektare hutan habis ditebang setiap tahun, meninggalkan 22%, atau 2,45 juta hektare pada tahun 2009.[5] Deforestasi dengan tujuan pembukaan kebun-kebun kelapa sawit dan produksi kertas telah menyebabkan kabut asap yang sangat mengganggu di provinsi ini selama bertahun-tahun, dan menjalar ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.



Geografis

Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai dengan Selat Malaka terletak antara 01° 05’ 00” Lintang Selatan - 02° 25’ 00” Lintang Utara atau antara 100° 00’ 00” - 105° 05’ 00” Bujur Timur. Disamping itu sesuai Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 terdapat wilayah lautan sejauh 12 mil dari garis pantai.

Di daratan terdapat 15 sungai, diantaranya ada 4 sungai besar yang mempunyai arti penting sebagai sarana perhubungan seperti Sungai Siak (300 Km) dengan kedalaman 8 -12 m, Sungai Rokan (400 Km) dengan kedalaman 6-8 m, Sungai Kampar (400 Km) dengan kedalaman lebih kurang 6 m dan Sungai Indragiri (500 Km) dengan kedalaman 6-8 m. Ke 4 sungai yang membelah dari pegunungan daratan tinggi Bukit Barisan Bermuara di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan itu dipengaruhi pasang surut laut. 


Adapun batas-batas Provinsi Riau bila dilihat posisinya dengan negara tetangga dan provinsi lainnya adalah sebagaiberikut: 
a. Sebelah Utara : Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara.
b. Sebelah Selatan : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat.
c. Sebelah Timur : Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka.
d. Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera Utara.

SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP MASYARAKAT MELAYU RIAU



Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain. Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutamanya orang Tionghoa. Tetapi kini telah ramai orang Melayu yang telah sukses dalam bidang perniagaan dan menjadi ahli korporat. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu memiliki mobil dan rumah mewah. Selain itu itu juga, banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, setingkat universitas di dalam maupun di luar negeri.





Sistem kemasyarakatan dalam kebudayaan melayu riau

Jika pada mulanya suatu kampung di Riau didiami oleh mereka yang sesuku, maka pada perkembangn kemudian telah banyak penduduk baru yang bukan sesuku merupakan penduduk pendatang yang ikut berdiam di kampung tersebut. Datangnya penduduk baru mungkin disebabkan perkawinan dan ada pula disebabkan adanya mata pencaharian ditempat tersebut. Dengan demikian, masyarakat kampung tadi tidak terikat oleh karena kesatuan suku, tetapi dengan perkembangan baru itu, ikatan tersebut tidak lagi bersifat kesukuan, tetapi terikat karena kesatuan tempat tinggal dan kampung halaman.
Kampung-kampung tersebut dipimpin oleh seorang kepala kampung yang disebut “Penghulu” dan sekarang merupakan pamong desa yang dipilih berdasar peraturan pemerintah.
Disamping penghulu ini terdapat pula pimpinan bidang agama, yaitu “imam”. Imam inilah yang mengurus segala persoalan yang menyangkut keagamaan, seperti menjadi imam mesjid, pengajian dan pelajaran agama, nikah/cerai/rujuk, pembagian warisan, pengumpulan zakat dan lainnya. Dengan demikian penghulu dengan didampingi oleh imam merupakan pimpinan kampung.

Pimpinan dalam kesatuan hidup setempat

Terdapat bermacam-macam sebutan untuk pimpinan dalam kesatuan hidup setempat. Pada mulanya struktur kesatuan hidup setempat berdasarkan kesukuan, maka pemimpin adalah kepala suku atau kepala hinduk. Gelar kepala suku atau kepala hinduk ini bermacam-macam, sebagai berikut:
1. Datuk = disamping menjadi kepala suku, sekaligus menjadi pimpinan territorial yang agak luas yang mencakup dan membawahi beberapa kepala suku dan hinduk-hinduk.
2. Penghulu, batin, tua-tua, jenang dan monti adalah gelar untuk kepala suku dan hinduk-hinduk.
Perkembangan kemudian menyebabkan pula perobahan batas-batas territorial, kalau pada mulanya territorial mengikuti suku, yaitu dimana suku tersebut menetap, maka lingkungan tempat tinggalnya itu menjadi daerah kekuasaannya. Tetapi keadaan ini kemudian berbalik, yaitu suku yang mengikuti territorial. Teritoir ini kemudian disebut “kampung”, “rantau” atau “banjar”. Mereka yang tinggal dalam lingkungan teritoir tadi mejadi penduduk kampung dan dengan sendirinya kampung ini mencakup beberapa kesukuan. Untuk kampung, rantau atau banjar ini diangkat seorang kepala kampung yang disebut “penghulu”.

• Hubungan sosial dalam kesatuan hidup setempat

Dikampung-kampung penduduk saling mengenal satu sama lain, karena masyarakat kampung memiliki rasa keterikatan antara satu sama lainnya masih kuat.

Kerukunan merupakan cirri khas dari masyarakat kampung-kampung tersebut. Adanya kerukunan ini bukan disebabkan karena paksaan dari luar berupa sangsi-sangsi hukuman yang keras, tetapi memang timbul dari hati nurani yang dipengaruhi oleh norma-norma yang hidup dimasyarakat itu.

Mulai dari gerak-gerik, sikap dan pembawaan dipengaruhi oleh faktor ini. Menghindarkan hal-hal yang dapat menimbulkan aib dan malu merupakan fakor pendorong untuk terus berbuat dan bersikap baik terhadao sesamanya dan perasaan yang demikian lebih kuat dibandingkan dengan perasaan berdosa. Segala tindakan harus dijaga supaya tidak menimbulkan “sumbang mata”, “sumbang telinga”, “sumbang adab”. Secara keseluruhan haruslah dihindari hal-hal yang menyebabkan orang di cap sebagai seorang yang “tidak tau adat’.

Dengan demikian jelaslah, norma-norma yang bersifat lebih besar pengaruhnya, sehingga jarang dijumpai adanya pertikaian dan sengketa. Dalam

hal ini pengaruh kepemimpinan penghulu dan imam merupakan saham yang besar, sehingga pertikaian-pertikaian yang timbul segera dapat didamaikan.

Stratifikasi Sosial

Dasar-dasar stratifikasi sosial
Adapun masyarakat di saerah ini pada dasarnya terdiri dari dua golongan, yaitu golongan asli dan golongan penguasa. Sebelum adanya kerajaan Siak Sri Inderapura, kepala-kepala suku yang menguasai hutan tanah, “territorial” bernaung dibawah kerajaan Johor.

Setelah Raja Kecil yang dapat meduduki takhta Kerajaan Johor, terpaksa meninggalkan Johor dan terkhir membuka kerajaan baru di sungai Siak, maka kerajaannya dinamakan “Kerajaan Siak Sri Inderapura”. Dengan keadaan yang baru ini, terjadilah pembagian golongan dalam masyarakat. Jika pada mulanya yang ada hanya kepala suku sebagai puncak dan anggota sukunya sebagai dasarnya, maka dengan adanya Sultan beserta keturunannya, terjadilah tingkatan sosial baru sebagai berikut:

1. Raja/Ratu dan Permaisuri yang merupakan tingkat teratas.
2. Keturunan Raja yang disebut anak Raja-raja, merupakan lapisan kedua,
3. Orang baik-baik yang terdiri dari Datuk Empat Suku dan Kepala-kepala suku lainnya beserta keturunannya merupakan lapisan ketiga,
4. Orang kebanyakan atau rakyat umum, merupakan tingkatan terbawah.

Adanya tingkatan sosial tersebut membawa konsekuensi pula dibidang adat istiadat dan tata cara pergaulan masyarakat. Makin tinggi golongannya semakin banyak hak-haknya. Keistimewaan dalam tata pakaian, tempat duduk dalam upaca-upacara menunjukan adanya perbedaan itu.

Budaya Kepulauan Riau

Rumah adat


Rumah Lipat Kajang
Rumah Belah Bubung (disebut juga Rabung atau Bumbung Melayu)

Rumah Belah Bubung dibagi lagi menjadi beberapa jenis menurut bentuk atapnya, yaitu :
Rumah Lipat Pandan (atapnya curam)
Rumah Lipat Kajang (atapnya agak mendatar)
Rumah Atap Layar (disebut juga Ampar Labu, bagian bawah atap ditambah dengan atap lain)
Rumah Perabung Panjang (perabung atapnya sejajar dengan jalan raya)
Rumah Perabung Melintang (perabung atapnya tidak sejajar dengan jalan)

Jenis rumah adat lainnya adalah :
Rumah Limas Potong

Besar kecilnya rumah yang dibangun ditentukan oleh kemampuan pemiliknya, semakin kaya seseorang semakin besar rumahnya dan semakin banyak ragam hiasnya. Namun demikian,kekayaan bukan sebagai penentu yang mutlak. Pertimbangan yang paling utama dalam membuat rumah adalah keserasian dengan pemiliknya. Untuk menentukan serasi atau tidaknya sebuah rumah, sang pemilik menghitung ukuran rumahnya dengan hitungan hasta, dari satu sampai lima. Adapun urutannya adalah:
Ular berenang
Meniti riak
Riak meniti kumbang berteduh
Habis utang berganti utang
Hutang lima belum berimbuh

Ukuran yang paling baik adalah jika tepat pada hitungan riak meniti kumbang berteduh.

Upacara Adat

Beberapa upacara adat tradisional yang dilaksanakan oleh masyarakat Kepulauan Riau antara lain :
Basuh lantai di Lingga
Haul Jama' di Lingga
Makan sirih di Kepulauan Riau
Malam kue bulan oleh umat Tionghoa di Tanjungpinang
Malam tujuh likur di Lingga
Mandi syafar Melayu di Lingga
Menjunjung duli di Kepulauan Riau dan Riau
Ratif saman di Lingga
Sembahyang kubur oleh umat Tionghoa di Kepulauan Riau
Sembahyang laut oleh umat Tionghoa di Tanjungpinang
Tepuk tepung tawar di seluruh kawasan Kepulauan Riau



Tarian

Tarian yang paling terkenal di Kepulauan Riau adalah tari Zapin. Selain itu, terdapat beberapa jenis tarian lainnya antara lain :

Tari Zapin berpasangan

  • Tari Alu
  • Tari Ayam Sudur
  • Tari Betabik
  • Tari Boria
  • Tari Damnah
  • Tari Dayung Sampan
  • Tari Dendang Dangkong
  • Tari Engku Puteri
  • Tari Gobang dari Kepulauan Anambas
  • Tari Joged Bebtan
  • Tari Joged Dangkong
  • Tari Joged Kak Long dari Moro, Karimun
  • Tari Joged Karimun
  • Tari Joged Lambak
  • Tari Joged Mak Dare
  • Tari Joged Makcik Normah dari Batam
  • Tari Joged Pantai Nongsa
  • Tari Jogi
  • Tari Ikan Kekek
  • Tari Inai
  • Tari Laksemane Bentan
  • Tari Lang-lang Buana
  • Tari Lenggang Cecak
  • Tari Makyong
  • Tari Marhaban
  • Tari Marwah Gonggong dari Tanjungpinang
  • Tari Masri
  • Tari Melemang
  • Tari Mendu
  • Tari Menjunjung Duli
  • Tari Mustika Kencana
  • Tari Pasang Rokok
  • Tari Persembahan
  • Tari Rokana
  • Tari Sekapur Sirih
  • Tari Semah Kajang
  • Tari Sirih Lelat
  • Tari Tandak
  • Tari Tandak Pengasih
  • Tari Tarek Rawai
  • Tari Tebus Kipas
  • Tari Topeng
  • Tari Zapin
  • Tari Zapin Penyengat
  • Tari Zapin Pesisir
  • Tari Zapin Pulau Tujuh
  • Tari Zapin Rentak Melayu
  • Tari Zapin Tradisi
  • Tari Zikir Barat

Lagu daerah

Beberapa lagu daerah yang berasal dan berkembang di Kepulauan Riau antara lain :

  • Anak Kepulauan Riau dari Kepulauan Riau
  • Bahtera Merdeka dari Kepulauan Riau dan Malaysia
  • Bandara Palmatak dari Kepulauan Anambas
  • Bujang Lagak dari Natuna
  • Bunda Tanah Melayu dari Lingga
  • Dendang Nelayan dari Kepulauan Riau
  • Dikir Kepri Bermadah dari Kepulauan Riau
  • Gunung Bintan dari Bintan
  • Hang Tuah dari Kepulauan Riau
  • Harapan Bunde dari Natuna
  • Joget Karimun dari Karimun
  • Joget Pantai Nongsa dari Batam
  • Kepri Manise dari Kepulauan Riau
  • Kisah Penanak Nelayan dari Kepulauan Anambas
  • Kita Penasib dari Bintan
  • Lancang Kuning dari Bintan
  • Pahlawan Riau dari Kepulauan Riau
  • Pak Ngah Balek dari pulau Penyengat
  • Penyengat Sayang dari pulau Penyengat
  • Pergilah Berjuang dari Kepulauan Riau
  • Perwiraku dari Kepulauan Riau
  • Pulau Bintan dari Bintan
  • Pulau Penawar Rindu dari Batam
  • Rentak Anambas dari Kepulauan Anambas
  • Segantang Lada dari Kepulauan Riau
  • Selayang Pandang dari Kepulauan Riau
  • Senandung Melayu dari Kepulauan Riau
  • Si Limau Manis dari Bintan
  • Sri Anambas dari Kepulauan Anambas
  • Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu dari Kepulauan Riau
  • Tanjung Katung dari Kepulauan Riau
  • Zapin Pulau Tujuh dari Kepulauan Anambas

Pakaian Adat

Beberapa pakaian adat di Kepulauan Riau :


Pemakaian lengkap baju Teluk Belanga.






Ilmu Sosial Budaya Dasar

Rangkuman Ilmu Budaya Dasar


Pendahuluan

Mata kuliah IBD adalah salah satu mata kuliah yang membicarakan tentang nilai-nilai, tentang kebudayaan tentang berbagai masalah yang dihadapi manusia dalam hidupnya sehari-hari. Diharapkan mata kuliah ini dapat menjadi semacam lingua franca atau bahasa pemersatu bagi para akademisi dari berbagai lapangan ilmiah. Dengan memiliki satu bekal yang sama diharapkan agar para akademisi dapat lebih lancer berkomunikasi. Kelancaran berkomunikasi ini selanjutnya akan memperlancar proses pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani oleh para cendikiawan dari berbagai lapangan keahlian.

Pengertian Ilmu Budaya Dasar


Secara sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang diekembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “The Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari th humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya dasar termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :

  1. Ilmu-ilmu Alamiah ( natural science ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan hokum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu kualitas.Ilmu-ilmu sosial ( social science ) . 
  2. ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100% benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia ini tidak dapat berubah dari saat ke saat. 
  3. Pengetahuan budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.




Pengertian Ilmu Budaya Dasar menurut para ahli :


  • Menurut Herskovits, ilmu budaya dasar adalah sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
  • Menurut Andreas Eppink, ilmu budaya dasar adalah keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
  • Menurut Edward Burnett Tylor, ilmu budaya dasar adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
  • Selo Sumarjan dan Soelaeman soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat 


Perbedaan Ilmu Budaya Dasar Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial


Ilmu Budaya Dasar adalah ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar budaya di suatu daerah/tempat. Misalnya, nilai hubungan perilaku anak dengan orang tuanya, anak dengan teman disekitarnya, dan hubungan masyarakat dengan masyarakat lainnya. Mengenal Ilmu Budaya Dasar sangatlah menyenangkan, karena dalam mengenal suatu budaya maka kita juga dapat melestarikan budaya tersebut agar budaya yang ada tidak punah. Selain itu, Ilmu Budaya Dasar juga sangat berpengaruh dalam proses mengenal suatu budaya.


Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan sosial dalam bermasyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial juga mengajarkan kita dalam berinteraksi yang baik dengan masyarakat sekitar. Misalnya, kita harus menghormati orang yang lebih tua, berbicara dengan bahasa yang baik dan benar, dan bersikap sopan santun.

Sumber :




© rifky saputra
Maira Gall